Manusia
dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada orang tua dan
orang-orang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu. Seiring dengan
perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari
ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya untuk belajar
mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja, terlebih dalam
pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini merupakan proses
alamiah.
Sosialisasi diri yaitu proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai pemeran aktif dalam
satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya. Sosialisasi dapat juga
diartikan sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang
mengembangkan potensi kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan yang
ada di lingkungannya.
Sosialisasi diri dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi sempurna dan
sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi sempurna terjadi bilamana pelaku atau
remaja bisa memilah dan memilih mana yang baik atau yang buruk baginya, baik
tindakan yang salah maupun yang benar yang harus dilakukannya. Dengan begitu,
remaja tersebut dapat berkembang dengan kondisi fisik dan psikis yang baik
sesuai dengan usianya. Namun, sedikit sekali di era globalisasi ini kita temui
remaja yang bekembang dengan baik dan sempurna seperti tersebut di atas. Sosialisasi sempurna sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan remaja.
Misalnya, remaja tersebut memiliki banyak teman, sehingga banyak pengalaman
pula yang akan ia dapatkan. Dengan memiliki banyak kemampuan untuk memilah baik
buruknya tindakan yang ia temui dalam sosialisasi, maka ia dapat mengembangkan
kepribadian yang baik. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan yang ia pilih
untuk bersosialisasi pun merupakan lingkungan yang sehat dan baik.
Adanya sikap saling mengingatkan (care) antarsesamalah yang paling berpengaruh
dalam terbentuknya kepribadian yang baik dalam sosialisasi ini. Selain itu,
orang tua juga tidak akan resah terhadap sosialisasi yang dilakukan anaknya,
karena mereka akan melihat sisi positif dari sosialisasi sang anak melalui
sikapnya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Bahkan, orang tua akan
cenderung bangga dan mendukung tindakan-tindakan sang anak selanjutnya. Sebaliknya, sosialisasi yang tidak sempurna akan terjadi pada remaja yang
selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi. Ia tidak
memedulikan akibat yang terjadi jika ia melakukan tindakan sesuai dengan
usianya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah
bukan wacana baru lagi seorang remaja bertindak lebih dewasa dari yang
seharusnya. Bahkan, merupakan suatu keharusan remaja saat ini bertindak jauh
lebih dewasa.
Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi perkembangan remaja. Disam itu, juga
sangat meresahkan orang tua dan masyarakat sekitar. Proses sosialisasi yang
berjalan tidak sempurna ini dapat membentuk kepribadian yang menyimpang. Telah
kita ketahui bersama bahwa remaja yang mencari identitas dirinya akan melakukan
apa saja demi sesuatu yang belum ia ketahui. Rasa keingintahuan yang besar dan
sikap yang selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi
inilah yang membuat ia melakukan tindakan yang menyimpang. Banyak sekali tindakan-tindakan yang diseabkan adanya sosialisasi yang tidak
sempurna, antara lain terlibat tawuran dan pergaulan bebas. Pergaulan bebas
yang semakn marak di kalangan remaja saat ini sangat meresahkan berbagai pihak.
Hampir setiap hari kita dengar berbagai kasus tentang pergaulan remajayang
semakin tidak bermoral di media massa. Bahkan free sex, minum-minuman keras dan
keterlibatan dalam jaringan pemakai dan pengedar narkoba semakin menghantui
masyarakat.
Mengatasi sosialisasi yang berjalan dengan tidak sempurna ini, dapat kita
lakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu tingginya peran keluarga
sehingga seorang anak bisa mendapat perhatian dan dukungan moril yang besar
dari keluarga. Dengan adanya hal tersebut, dimaksudkan sosialisasi anak akan
lebih baik dan terarah, sehingga baik-buruk tindakan yang akan ia lakukan bisa
dipikirkan secara masak. Karena ia tidak ingin membuat keluarganya kecewa akan
apa yang ia lakukan.
Selain itu pendekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa juga sangat diperlukan. Hal
ini dapat menjadikan remaja berpikir ulang untuk melakukan suatu tindakan yang
buruk, karena ia tahu bahwa tindakan yang tidak benar atau menyimpang tersebut
adalah dosa yang yang kelak harus ia pertanggung jawabkan. Pendekatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa ini seharusnya diajarkan oleh orang tua sejak dini.
Sehingga dalam perkembangan menuju kedewasaannyam seorang anak sudah memiliki
pegangan hidup, yakni tebalnya iman yang melekat pada dirinya. Keselektifan dalam mencari teman juga memegang peranan yang sangat penting. Bagaimanapun juga, ketidaksempurnaan maupun kesempurnaan remaja dalam
bersosialisasi sangat dipengaruhi oleh seorang teman. Baik buruknya teman kita,
itulah yang menjadikan siapa kita nanti. Maka dari itu, kita harus benar-benar
selektif dalam memilih siapa yang akan kita jadikan teman.
Melihat semakin parahnya penyimpangan perilaku remaja akibat dari sosialisasi
yang tidak sempurna, kita sebagai warga masyarakat yang peduli terhadap
perkembangan generasi muda, diharapkan lebih peka terhadap apa yang terjadi di
lingkungan sekitar kita. Terutama yang berhubungan dengan sosialisasi yang
akjan dilakukan remaja dan dampaknya tehadap perilaku.
Tidak lepas dari semua itu, peran otang tualah yang sangat penting. Semakin
besarnya perhatian dan penanaman nilai-nilai yang diberikan orang tua terhadap
perkembangan sang anak terutama dalam tahap sosialisasi, akan menjadikan sang
anak memiliki kepribadian yang semakin baik pula.
No comments:
Post a Comment